“Yang akhirnya seolah generasi penerus merosot sampai telanjang adab dan akhlak mereka. Miris sekali, negara yang mempunyai sumber alam yang kaya tanah subur, tambang-tambang milik penguasa serakah, tidak membuat pendidikan di negara ini maju dan gratisan biaya pendidikan.
Negara yang selalu mengklaim negara dirinya kaya, tapi masih ada anak bangsa yang tidak dapat menyicip indah pendidikan, bahkan hanya sebatas melihat pendidikan layak di tempat mereka. Jadi kalau bener kaya bukan pura-pura kaya, lantas kemana hasil kekayaan kenapa masih banyak anak bangsa yang tidak dapat hak pendidikan yang layak.
Selama ini kita bertanya, kemana hasil kekayaan bumi kita? Di makan oleh tuan serakah kah yang rakus segala doyan, emas doyan, tanah doyan, batu bara apa lagi, sampai dana bansos pun doyan apa lagi lobster doyan banget. Para pemimpin negeri sibuk megurusi hal tak pasti, yang tidak bermanfaat yang tidak berfaedah akan masyarakat. Rakyat tidak butuh jalan beraspal, atau jembatan, jika hak rakyat di kesampingkan.
Rakyat butuh makan, kesehatan gratisan, pendidikan layak, lapangan pekerjaan. Jadi seolah lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka wakil rakyat yang menang dengan serangan fajar atau para tuan terhormat yang berpendidikan yang ternyata doyan ngemaling.
Ketika di kritik mereka mulai beraksi bersilat lidah, “hargailah pemerintah kami sedang berusaha dan bekerja keras, jangan cuman nuntut doang” hey boneka wayang yang di kendalikan dalang, itu sudah tugas mu mendengar dan mewujudkan keinginan rakyat,