Mata Aceh
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Aceh
    • Banda Aceh
    • Aceh Barat
    • Aceh Besar
    • Aceh Tamiang
    • aceh tenggara
    • Aceh Timur
    • Aceh Utara
    • Pidie Jaya
    • Bener meriah
    • Berita Lhokseumawe
    • Bireuen
    • Blangpidie
    • Langsa
    • Lhokseumawe
  • Bisnis
  • Budaya
  • Business
  • cerpen
    • Cerita Hari Senin
    • Cerita Hari Selasa
    • Cerita Hari Kamis
    • Cerita Hari Saptu
    • Cerita Hari Minggu
  • Nasional
    • Jakarta
    • Medan
  • Seleb
  • Opini
  • Pemilu
  • Politik
  • Beranda
  • Aceh
    • Banda Aceh
    • Aceh Barat
    • Aceh Besar
    • Aceh Tamiang
    • aceh tenggara
    • Aceh Timur
    • Aceh Utara
    • Pidie Jaya
    • Bener meriah
    • Berita Lhokseumawe
    • Bireuen
    • Blangpidie
    • Langsa
    • Lhokseumawe
  • Bisnis
  • Budaya
  • Business
  • cerpen
    • Cerita Hari Senin
    • Cerita Hari Selasa
    • Cerita Hari Kamis
    • Cerita Hari Saptu
    • Cerita Hari Minggu
  • Nasional
    • Jakarta
    • Medan
  • Seleb
  • Opini
  • Pemilu
  • Politik
Mata Aceh
Home cerpen

Jasad Sang Pengintai

Rizki by Rizki
16 Januari 2021
in cerpen
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Mataaceh.com, Cerita dari kematian seorang ibu yang jasadnya tidak pernah dikuburkan oleh anak semata wayangnya. Hingga pada suatu hari, sang anak merasa depresi dan trauma akan kematian sang ibu yang sangat disayangi. Membuat sang anak nekat untuk membunuh satu persatu orang-orang terdekat tersangka yang telah membunuh ibunya.

Pembunuhan ibunya berawal dari adanya rasa cinta terlarang dari seorang lelaki yang bukan muhrimnya. Lelaki yang telah lama dikenalnya. Sahabat almarhum suaminya sendiri. Sebut saja Wawan, nama lelaki itu. Sudah lama ia mengincar Amira.

BACAJUGA

Jangan Panggil Saya Pelacur Part 2

Drama Pilu di Sebuah Rumah Tua

Ya, nama sang ibu adalah Amira dan anaknya yang bernama Syaqila.


Syaqila dirawat oleh ibunya sejak sang ayah meninggal. Dia dirawat dengan penuh kasih sayang oleh sang ibu. Apapun yang diminta olehnya pasti dipenuhi.

Syaqila termasuk dalam golongan anak yang terlahir dari orang tua yang berada. Ibunya pun berubah menjadi semakin cantik semenjak menjadi seorang janda. Membuat Wawan makin tergila-gila padanya.

Saat ketika Syaqila menginjak umur 16 tahun, ia secara tidak sengaja mendapatkan Wawan berada di rumah mewahnya untuk melakukan aksi bejatnya pada sang ibu.

Amira yang ketakutan dengan kehadiran Wawan di rumahnya membuat nekat untuk melawan. Namun, perlawanannya nihil seketika saat Wawan berhasil memukul kepala Amira sampai tewas.

Syaqila yang menyaksikan kejadian itu berteriak histeris. Membuat Wawan kaget dan langsung berlalu dari tempat itu tanpa melanjutkan aksi bejatnya pada Amira.

Tangis yang tak dapat dibendung lagi oleh Syaqila. Membuatnya menangis histeris di depan jasad sang ibu. Sedih, marah, dan dendam semua rasa itu menjadi satu dalam amarah yang membungkam.

Syaqila tak bisa membayangkan ulang tahunnya yang tinggal beberapa hari lagi harus dilalui dengan sendirinya tanpa kehadiran ibunya.

Proses menuju pendewasaannya harus diliputi begitu banyak dendam yang membara. Bagi Syaqila menjalani hidup seperti itu sungguh tidaklah mudah.

Di saat anak seusianya menjalani hidupnya dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya, Syaqila justru harus menjalani hidupnya penuh dengan kesendirian tanpa kasih sayang lagi dari kedua orang tuanya.


Untuk menjalani kesehariannya, Syaqila dengan terpaksa memutuskan untuk mengawetkan jasad ibunya. Untuk menjadi teman dalam kesehariannya di sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi, yang tempatnya tidak jauh dari rumahnya.

Gudang itu di bentuk menjadi tempat tinggal baru bagi Syaqila dan jasad ibunya. Di sudut gudang itu dibuatnya sebuah kamar untuk dihias guna untuk menempatkan jasad ibunya.

Syaqila yang merasa depresi dengan kematian ibunya memilih untuk tidak menempati rumahnya hanya karena ia tidak ingin terus-menerus mengingat-ingat kematian ibunya saat itu.

Rumah yang begitu mewah ditutup rapat-rapat tanpa seorang pun yang tahu bahwa di rumah itu telah terjadi pembunuhan yang merenggut nyawa ibu Syaqila.

Hal itu secara sengaja disembunyikan Syaqila. Wawan pun sebagai tersangka merasa heran, kenapa sampai saat itu dirinya tidak pernah dicari oleh polisi atas kasus pembunahan yang dilakukan oleh dirinya.

Setelah pindah ke gudang, Syaqila memandikan jasad ibunya dengan kembang tujuh rupa. Selesai dimandikan, jasad sang ibu dibaringkan di tempat tidur untuk di pakaikan gaun pengantin yang begitu indah. Tak lupa wajah sang ibu di poles dengan make-up sampai terlihat cantik, layaknya orang yang lagi tidur.

Setiap sudut kamar ditaburi berbagai macam bunga dan gantungan kelambu berwarna putih bercorak bunga-bunga untuk melengkapi keindahan kamar tersebut.

Setelah puas dengan penampilan tempat tidur ibunya, Syaqila mengistirahatkan dirinya dari segala kesibukannya. Sampai ia dibawa ke alam mimpi. Di mana ia menyaksikan kembali kematian ibunya secara tragis.

Keringat bercucuran di setiap keningnya akibat mimpi buruk itu. Lekas ia memandangi jasad ibunya. Sembari ia mengelus kepala ibunya yang terluka akibat pukulan Wawan.

“Ibu, restui aku untuk membalas dendammu!” Syaqila menangis dalam diam di depan jasad sang ibu.

Bulir-bulir bening yang mengalir di setiap pipi mungilnya menjadi saksi bisu atas kepergian sang ibu. Ia sungguh tidak habis pikir. Mengapa di usia yang masih muda ia harus kehilangan kedua orang tuanya dan hidup sebatang kara?

“Tunggu saja. Aku akan membalas dendam atas kematian ibuku.” Sambil mengepal kedua tangannya membuat ia semakin bungkam mengingat kejadian itu.

Untuk meluapkan amarahnya, semua benda di depannya menjadi pelariannya untuk sementara. Dibanting satu persatu. Sampai tak sengaja salah satu benda mengenai tangan sang ibu yang membuat tangannya terkulai lemas dari tempat tidur.

www.atadro.com/KlikOrder www.atadro.com/KlikOrder www.atadro.com/KlikOrder

Sadar akan hal itu, Syaqila meminta maaf kepada jasad ibunya. Seperti halnya ia sedang berbicara pada orang yang masih hidup.

“Maafin Syaqila, Bu. Syaqila nggak sengaja.” Dengan mencium tangan ibunya ia berjanji akan membalas dendamnya pada orang-orang terdekat Wawan tanpa harus meninggalkan sebuah jejak.

“Saatnya membalaskan dendam bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab.” Ucapnya sambil mempermainkan pisau di tangannya dengan tawa dan tangis yang menjadi satu.

Bersambung.

Tags: Cerita

BERITA LAINNYA

Cerita Hari Kamis

Jangan Panggil Saya Pelacur Part 2

7 Januari 2021
Cerita Hari Selasa

Drama Pilu di Sebuah Rumah Tua

5 Januari 2021
Next Post

Jalan Lintas KKA Bener Meriah Longsor, Sat Lantas Polres Lhokseumawe Imbau Pengendara Hati-hati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITATERPOPULER

  • Duh, Oknum Teungku Imum di Pijay Diduga Cabuli Anak dibawah Umur Berulang Kali

    Duh, Oknum Teungku Imum di Pijay Diduga Cabuli Anak dibawah Umur Berulang Kali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Video Diduga Bupati Pidie Jaya Beredar di Tik Tok Viral

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Wajah Kepala Daerah di Aceh yang Ketahuan “Cubit” APBD untuk Penghasilan Tambahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Anak Walikota Lhokseumawe ‘Music Party’ di Tempat Umum

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemuda Sakau di Aceh Utara Pukul Ayah dan Ibu Kandungnya Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

  • About Us
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Sitemap
  • Terms & Conditions
Mata Aceh

COPYRIGHT © 2021 MATA ACEH. ALL RIGHTS RESERVED

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Aceh
    • Banda Aceh
    • Aceh Barat
    • Aceh Besar
    • Aceh Tamiang
    • aceh tenggara
    • Aceh Timur
    • Aceh Utara
    • Pidie Jaya
    • Bener meriah
    • Berita Lhokseumawe
    • Bireuen
    • Blangpidie
    • Langsa
    • Lhokseumawe
  • Bisnis
  • Budaya
  • Business
  • cerpen
    • Cerita Hari Senin
    • Cerita Hari Selasa
    • Cerita Hari Kamis
    • Cerita Hari Saptu
    • Cerita Hari Minggu
  • Nasional
    • Jakarta
    • Medan
  • Seleb
  • Opini
  • Pemilu
  • Politik

COPYRIGHT © 2021 MATA ACEH. ALL RIGHTS RESERVED