Lhokseumawe |Mataaceh.com, Kasus Pungutan Liar (Pungli) kerap dan bahkan terus terjadi di dunia pendidikan. Hal itu terjadi di sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Lhokseumawe.
Pungutan Liar (Pungli) yang berkedok jual Beli Lembar Kerja Siswa (LKS) sebesar Rp 60.000 hingga 100.000/ persiswa, transaksi itu terjadi dilingkungan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan kota Lhokseumawe. Sontak kebijakan itu membuat sejumlah wali murid resah dan terbebani.
Buntut dari permasalahan Pungutan Liar (Pungli) yang berkedok jual Beli Lembar Kerja Siswa (LKS) di Sekolah Dasar Kota Lhokseumawe, membuat Kabid Dikdas Kota Lhokseumawe Abdul Malek, mengeluarkan penyataan yang mengejutkan.
Kata dia, bahwa jual Beli Lembar Kerja Siswa (LKS) di Sekolah Dasar Kota Lhokseumawe dilegalkan jika ada kesepakatan dari wali murid disekolah yang melakukan praktik tersebut.
Dalam keterangannya Abdul Malek juga tidak menepik jika jual Beli Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah modus pungutan yang dilakukan sekolah untuk memungut biaya kepada siswa.
“Jual Buku LKS itu legal, tulis saja dinas melegalkan jual buku LKS, asalkan ada persetujuan wali murid,”ucapnya saat kepada Mataaceh.com, Ju’mat (21/1/2022).
Penyataan Kabid Dikdas Pendidikan Lhokseumawe itu jelas bertentangan dengan pasal 181 Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010, menerangkan bahwa pendidik, tenaga kependidikan dan komite sekolah di satuan pendidikan, baik perseorangan maupun kolektif dilarang melakukan kegiatan pengadaan atau menjual buku termasuk lembar kerja siswa (LKS) di setiap satuan pendidikan, perlengkapan pelajaran, bahan pelajaran serta pakaian seragam di tingkat pendidikan.
Selain bertentangan dengan peraturan, penyataan Kabid Dikdas itu juga berbanding terbalik dengan keterangan atasannya. Yaitu, Kepala Dinas Pendidikan Lhokseumawe, Drs Ibrahim A Rahman, M.Pd. yang sebelumnya mengaku selalu melarang pihak Sekolah untuk tidak menjual LKS untuk siswa di Sekolah.
“Kita Dinas PK selalu mengingatkan dan melarang pihak sekolah tidak melakukan/ menjual LKS bagi siswa” ujar Ibrahim diberita sebelumnya.