Mataaceh.com| Era globalisasi ditandai dengan adanya perkembangan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi, sejak awal abad ke-20. Globalisasi memberikan kemudahan bagi manusia di dunia untuk berinteraksi dan perlahan menghilangkan perbedaan yang membatasi mereka. globalisasi merujuk pada meningkatnya ketergantungan antara pemerintah, perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, dan penduduk secara individu.
Menurut Martin Albrow dalam bukunya yang berjudul Birokrasi, secara umum pengertian globalisasi adalah seluruh proses penduduk yang terhubung ke dalam komunitas dunia atau komunitas global dengan lokasi lainnya serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya.
Dalam pengertian ini globalisasi dapat diartikan sebagai keterbukaan akses informasi, teknologi, social dan budaya dalam suatu daerah ke daerah lain. Sehingga arus globalisasi dinilai dapat memberikan peluang kompetitif bagi negara-negara maju (seperti Amerika, Eropa, dan Jepang) yang memiliki kekuatan secara global di bidang keamanan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan militer, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, bagi Indonesia sebagai negara dunia ketiga yang kaya akan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya yang melekat padanya, globalisasi akan menghadirkan peluang dan tantangan yang harus diwaspadai. Beberapa bentuk tantangan di era globalisasi, antara lain liberalisasi, westernisasi, internasionalisasi, dan universalisasi.
Tantangan lainnya adalah bagi pertahanan dan keamanan bangsa, lemahnya rasa identitas nasional, menyebabkan pemahaman ekstremis yang mudah mempengaruhi dan menyusup ke remaja Indonesia sehingga mudah disusupi oleh pola pikir dan kepentingan inflitrasi ideologi oleh komunitas yang tidak bertanggung jawab dan menjadi rentan terjadinya perpecahan.
Hal ini diperkuat dengan teori fakta social Durkheim yang mengatakan gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu, fakta sosial memaksa individu, dan fakta sosial bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam masyarakat. Artinya proses inflitrasi nilai ideologi dapat tersebar secara masif apabila informasi mengenai idologi yang masuk terus dikumandangkan secara masif.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan suatu pedoman bagi kader HMI dalam menjalankan aktivitasnya. Disampaikan Cak Nur dalam Buku Nilai-Nilai Dasar Perjuangan yang ditulis oleh Azhari Akmal Tarigan, bahwa NDP sebagai landasan bagi kader HMI dalam mengatasi persoalan memudarnya semangat keislaman, baik dalam pemikiran maupun gerakan keumatan, yang terjebak pada pragmatisme sempit, dan terkungkung pada romantisisme sejarah kebesaran masa lalu. Yang menyebabkan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) disangsikan tidak lagi mampu memainkan peran profetik di masa depan.
Maka HMI harus mampu mengembalikan tauhid sebagai paradigma gerakan HMI dan mampu menerjemahkan kembali wawasan keIslamannya seperti yang termuat dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dengan melakukan kontekstualisasi dengan persoalan kekinian, baik yang bersentuhan langsung dengan umat maupun dinamika bangsa yang terus berubah. Nilai-nilai dasar perjuangan HMI merupakan kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi ke dalam diri seorang kader.
Nilai-nilai tersebut akan menjelma ke dalam perilaku dan aktivitas keseharian kader, baik dalam aras kehambaan maupun kekhalifahan.
Pengembangan NDP di Era Globalisasi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) bukan sebuah pedoman yang hanya untuk dihayati, namun juga untuk diimplementasikan dalam gerak perjuangan kader HMI. Era globaliasi merupakan zaman yang harus siap di hadapi para masyarakat, terutama kader HMI harus mampu menjadi pelopor kemajuan dengan tetap membawa ghirah perjuangan yang diilhami dari NDP
Relevansi zaman haruslah diikuti oleh Himpunan Mahasiswa Islam agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman yang terus berkembang. Terutama dalam era digitalisasi haruslah menjadi bahan kajian kader HMI untuk dapat membuat sebuah platform perubahan yang kemudian diterapkan dalam kehidupan masyarakat menuju Civil Society.
Transformasi teknologi digital turut mempengarusi para kader HMI yang kini terjebak pada permasalahan yang justru tidak strategis, tidak produktif, bahkan cenderung destruktif yang semakin kompleks dan terakumulasi begitu baik dan menipu kemampuan yang seharusya dimiliki untuk bisa mengidentifikasi dan merumuskan berbagai jawaban atas tantangan yang ada dengan berorientasi pada jangka panjang guna meningkatkan kualitas SDM menyesuaikan peran HMI sebagai organisasi perjuangan.
Untuk menghasilkan muslim intelegensia, HMI yang berstatus sebagai organisasi mahasiswa perlu menyelaraskan perkembangan transformasi teknologi digital dengan peran dan fungsi HMI sebagai organisasi perjuangan dan organisasi kader.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI harus memiliki kader yang berwawasan luas dan berorientasi maju disertai pemikiran yang cerdas serta segar. Sebagai organisasi kader HMI harus belajar dan berlatih dengan kemampuan yang dimiliki untuk mempersiapkan calon kader menjadi anggota yang kemudian dipersiapkan sebagai calon pemimpin umat juga pemimpin bangsa untuk kepentingan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Sebagai organisasi perjuangan, HMI harus terus berjuang secara terus-menerus dalam melakukan perubahan guna kemajuan dan kesejahteraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab dalam tujuan HMI tersirat suatu pembentukan mahasiswa menjadi muslim yang menguasai IPTEK agar dapat membangun peradaban yang maju sehingga bukan hanya sebagai pengguna namun seorang pelopor.
Degradasi Nilai-Nilai di Tubuh NDP
Pola perkaderan yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam terlalu menonton dan tidak mengikuti relevansi zaman, sehingga mahasiswa saat ini kurang tertarik untuk bergabung dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh HMI. Kemudian berkaca daripada kader HMI yang telah mengikuti banyak diskusi dan pelatihan dalam mendalami keintelektualan, bahwa kader HMI saat ini belum secara sepenuhnya menghayati nilai-nilai didalam HMI.
Tergerusnya Identitas HMI
Jika hari ini adalah realita, esok adalah mimpi, dan kemarin adalah sejarah, maka pentingnya nilai-nilai yang terus diciptakan dalam forum-forum keHMI-an.
Dalam buku Islam Mazhab HMI, bahwa pada hakikatnya, perilaku beragama yang melekat dalam kehidupan komunitas muslim merupakan personifikasi institusional yang merepresentasikan mazhab tertentu. Perilaku yang muncul dalam praktek keagamaan bukan semata-mata hasil pemahaman individual terhadap sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan Sunnah, melainkan tidak terlepas dari faktor genetis, ideologis, sosiologis, dan intelektualitas. Kondisi yang sama terjadi dalam lingkungan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Maka oleh sebab itu, HMI cenderung berlindung pada ranah keislaman atau disebut besar karna Islam, kemampuan dalam semangat memadukan antara Mahasiswa, Keislaman, Keindonesiaan. Saat ini cenderung kader HMI jatuh dalam dinamika politik yang tidak berasaskan perubahan kearah yang lebih baik yang membuat terkikisnya doktrin perjuangan yang pada hakikatnya landasan gerak bagi kader HMI.
Oleh karena itu kader HMI yang beridentitaskan muslim intelegensia harus melakukan ikhtiar perjuangan yang harus cenderung kepada kebenaran (hanif), dan mampu menyelesaikan setiap permasalahan (problem solving) baik untuk keumattan dan kebangsaan.
Pentingnya Entitas Di dalam Tubuh HMI sebagai organisasi mahasiswa yang berasaskan dengan islam dituntut harus menjadikan Islam sebagai Entitas HMI yang utama dalam melaksanakan aktivitas kehidupan keumattan dan kebangsaan.
Tetapi pada realita saat ini kader-kader HMI tidak secara utuh dan luntur ghirah perjuangan yang membuat Islam tidak dihayati secara penuh nilai-nilainya sehingga kader-kader HMI melenceng dari khittah perjuangan.
Maka oleh karena itu, dengan NDP sebagai acuan perjuangan kader HMI diharapkan mampu menguatkan Entitas HMI sebagai Organisasi Mahasiswa yang Islam dan bertanggung jawab atas terwujudkan masyarakat Adil Makmur yang diridhoi subhana wa ta’ala.
Krisis Identitas HMI
Krisis yang dialami oleh HMI adalah maju dan mundurnya hasil kader yang diciptakan melalui perkaderan yang dilakukan oleh kader HMI sehingga menjalar kepada mahasiswa yang ingin bergabung ke HMI. Selain itu keintelektualitas dalam mengawal misi keumatan juga harus dibangun secara masif dari akar komisariat.
Problematika yang terjadi saat ini, disebabkan oleh oknum-oknum yang memanfaatkan nama HMI demi kepentingan pribadi atau kelompok. Maka dari itu jenjang pelatihan perkaderan di HMI harus di optimalkan melalui ikhtiar yang oleh kader-kader HMI agar menciptakan kader-kader yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu menjalankan tujuan HMI. Dengan demikian Krisis identitas HMI mampu teratasi dengan hadirnya kader-kader sejati dalam menjalankan aktivitas HMI.
HMI Berinovatif Dalam Menjawab Tantangan Zaman Dalam menjawab tantangan jaman HMI harus segera melakukan beberapa inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat ada umumnya dan khususnya kader HMI, seperti berikut Kembali ke khittah perjuangan HMI.
Walauun sebagai organisasi mahasiswa islam tertua di Indoensia tapi perjuangan HMI tidak akan lapuk dan usang dimakan jaman karena HMI memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan
Membuat sarana digital untuk menjadi media dakwah bagi masyarakat dan kader HMI secara khusus.
Bagaimanapun juga HMI bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat Adil Makmur yang diridhai Allah Menciptakan system peradaban mahasiswa. Di dunia mahasiswapun mengalami suatu kemajuan zaman yang mengakibatkan kebutuhan mahasiswapun sedikit berubah. Mahasiswa sekarang membutuhkan skill tentang mengenai teknologi dan informasi.
Nilai Nilai Dasar Pejuangan (NDP) telah final sebagai landasan berjuang seorang kader HMI. Narasi transformasi NDP dirasa tidak perlu karena yang saat ini penting untuk ditransformasi bukanlah NDP melaikan metode Implementasi NDP itu sendiri.
Maka dari itu, penting kenapa kemudian NDP sebagai landasan berjuang kader HMI harus memiliki positioning yang kuat sebagai landasan perjuangan sehingga tatanan nilai yang diliki oleh kader HMI. Implementasi NDP dalam pribadi setiap kader HMI menjadi penting untuk kemudian menajadi penjaga nilai – nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, fakta menjawab saat ini internal HMI sendiri bias kekuasaan, hal ini disebabkan oleh tidak adanya kesadaran implemtasi akan NDP. NDP hanya dianggap sebagai teks sakral yang telalu di glorifikasi oleh kader kader HMI.
Untuk menghidari glorifikasi yang berlebih tanpa implementasi itu, Transformasi metode pembelajaran NDP bisa dilakukan dengan berbagai, tidak harus dengan menciptakan platform baru. Namun metode pemahaman NDP dapat dilakukan di platform yang sudah ada seperti Youtube, Instagram, TIktok, dll.
Metode penyampaian Dakwah NDP secara digital ini dikemas dengan menyesuaikan segmentasi pasar usia mahasiswa saat ini, sehingga penerima doktrin NDP bukan hanya kader HMI namun juga mahasiswa mahasiswa diluar kader HMI.
Himpunan hari ini, tengah menghadapi berbagai macam tantangan dari aspek pemikiran hingga aksi dilapangan.
Meluruhnya identitas ke HMI an begitu nampak disetiap sisi Kader sebagai penopang organisasi, mengalami degradasi ditubuh HMI itu sendiri sampai pada masa krisis integritas. Tentunya sebagai kader yang tengah mengikuti LK III, kemampuan mengidentifikasi sebuah problem yang ada menjadi keharusan setiap kader untuk mencari alternatif solusi untuk menjawab masalah tersebut.
Adapun menurut kelompok kami, perlu adanya revitalisasi dari internal HMI seperti pembenahan medote training baik LK 1, 2,3 dan training lainnya. Penguatan kembali arah gerak HMI sebagai organisasi perjuangan dan perkaderan yang mampu menyentuh masyarakat agar terwujudnya masyarakat adil Makmur yang di Ridhoi Allah SWT
OPINI