Sejarah Aceh – Ada beberapa referensi mengenai alasan Teuku Umar kembali membelot. Peristiwa yan disebut sebagai politik perang “Tipu Aceh” yang dijalankan Teuku Umar memberi pukulan keras terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh. Hal yang kemudian menjadi sorotan parlemen dan Gubenur Jendral Hindia Belanda.
Gubernur Sipil dan Militer Belanda di Aceh kemudian mencari alasan apa yang menyebabkan Teuku Umar kembali memusuhi Belanda setelah membawa lari ratusan pucuk senjata, mesiu dan dana yang diberikan kepadanya.
Dari beberapa referensi yang saya baca, baik dari sumber dalam negeri maupun sumber-sumber Belanda, ada beberapa alasan membelotnya kembali Teuku Umar. Beberapa referensi dan alasan Teuku Umar membelot dapat saya jelaskan sebagai berikut:
Pertama, menurut guru besar ilmu sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Teuku Ibrahim Alfian dalam buku Perang Kolonial Belanda di Aceh mengungkapkan ada beberapa sebab Teuku Umar membelot dari Belanda, salah satunya adalah sikap istrinya sendiri, Cut Nyak Dhien yang sangat membenci dan dengan penuh semangat terus berjuang memerangi Belanda.
Kedua, alasan lainnya diungkapkan MH Du Croo dalam buku Marechaussee en Atjeh. Herinneringen en Ervaringen van den Eersten Luitenan en Kapitein van het Marechaussee van Aceh en Onderhoorigheden HJ Schmidt, van 1902 tot 1918, diterbitan pada tahun 1943 oleh Maastricht.
Menurut MH Du Croo, berdasarkan pengumuman resmi pihak Belanda, Teuku Umar membelot karena menolak untuk turut bersama pasukan Belanda memerangi Lamkrak yang direncanakan akan dilakukan pada 30 Maret 1896, sehari setelah Teuku Umar membelot bersama pasukannya.
Ketiga, alasan lainnya diungkapkan oleh PHR Beuming dalam Schetsen uit den Strijd op Groot-Aceh, yang diterbitkan pada tahun 1922. Ia mengungkapkan bawah Teuku Umar takut menyerang Lamkrak bersama Belanda karena akan dihadang oleh perlawanan hebat dari barisan pejuang Aceh yang didukung oleh para ulama.
Alasan lainnya diungkapkan oleh A Kruisheer bahwa ada ramalah Teuku Umar akan mati di sana jika ikut menyerang Lamkrak.
Keempat, alasan lainnya menurut A Kruisheer adalah Teuku Umar kembali ke barisan pejuang Aceh, karena dipermalukan oleh KW Gisolf selaku Kontrolir Ulee Lheu dan Jaksa Kepala. Dalam surat-suratnya tanggal 12 dan 13 April, menurut sumber Belanda, Teuku Umar menyatakan kecewa terhadap bintang jasa yang dijanjikan kepadanya, tapi tidak diberikan. Padahal ia sudah bersedia mengamankan kepentingan Belanda di Aceh dengan imbalan 15.000 florin setiap bulan untuk mendanai pasukannya.
Rakyat Aceh bersuka cita atas kembalinya Teuku Umar dengan persenjataan lengkap yang diperolehnya dari Belanda. Dari semua daerah pejuang Aceh terutama dari Pidie datang menggabungkan diri dalam pasukan Teuku Umar, memperkuat benteng-benteng pertahanan di Aceh Besar.
Sementara bagi Belanda ini merupakan pekerjaan besar untuk merebut kembali apa yang sudah dibawa lari Teuku Umar dan pasukannya. Dalam salah satu pertempuran di Aceh Besar, pasukan Teuku Umar berhasil menewaskan ( 230 ) orang tentara Belanda yang mencoba merebut benteng yang dikuasi pejuang Aceh. Belanda kalah dan ditembaki dengan senjata mereka sendiri yang dibawa lari Teuku Umar.
Penyumbang bahan Iskandar Norman.
Peledakan rumah Teuku Umar oleh militer Belanda setelah Teuku Umar kembali membelot memerangi Belanda.
Informasi ini di himpun media Mataaceh.com dari Teuku Malikul Mubin.
[foto: Collectie Tropenmusuem]