Oleh: Sulthan Alfaraby (Penulis Buku asal Aceh)
SAYA sangat senang ketika membuka website Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SBMPTN) pada tahun 2017 lalu. Sebab, saya dinyatakan lolos di salah satu perguruan tinggi. Tepatnya, di Program Studi (Prodi) Biologi. Meskipun faktanya, keseharian saya selama berkuliah lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas tentang sosial dan politik ketimbang berkontribusi di laboratorium layaknya mahasiswa sains lainnya.
Meskipun begitu, saya tidak menyesal dengan perbuatan saya. Saya malah bangga. Karena menurut saya, apapun jurusan yang kita tekuni, itu belum tentu menjamin masa depan kita sesuai dengan yang kita rencanakan sejak awal. Seiring berjalannya waktu, saya tidak pernah menyia-nyiakan waktu perkuliahan. Sambil menyelam, saya ingin minum air (mencari dan belajar hal-hal baru).
Banyak yang tidak suka jika mahasiswa biologi seperti saya membahas hal-hal politik. Saya merasa itu merupakan hal yang lumrah dan tidak perlu diambil pusing. Karena bagi saya, ketika kita terus bergerak dan mau belajar dalam ranah positif, itu sah-sah saja. Bahkan, saya juga pernah diwawancarai oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sampai dengan mahasiswa Indonesia asal Swedia terkait tugas akhir mereka. Alasannya, karena apa yang saya tulis selama ini semuanya berbau sosial dan politik, mereka ingin meminta pandangan saya tentang hal itu. Saya tentu tidak menolaknya.
Pengalaman lainnya, meskipun jurusan biologi, namun saya aktif menulis buku, membuat konten digital, desain grafis dan pernah bekerja di salah satu media online. Menurut saya, kegiatan saya itu menguntungkan secara finansial dan menambah pengalaman. Meskipun, saya tidak pernah berkuliah di fakultas komunikasi atau semacamnya. Namun, kegiatan-kegiatan di luar ranah keilmuan jurusan saya sangat aktif saya geluti. Apakah saya menyesal? Apakah saya rugi berkuliah di jurusan biologi? Tentu tidak, karena saya ingin mencoba hal-hal baru di luar zona nyaman saya sendiri.
Sebelum kita menjawab lebih lanjut tentang “Pentingkah Kuliah?” maka saya mencoba mengurai kejadian-kejadian yang saya kumpulkan dari teman-teman saya.
Pertama, ada banyak orang, bahkan dari teman saya sendiri yang tidak berkuliah. Mereka yang tidak berkuliah ini, juga beranggapan seperti saya, bahwa jurusan kuliah belum tentu membuat kita sukses di masa depan. Bahkan dia yang tidak pernah menginjakkan kakinya ke tanah perguruan tinggi, tapi sekarang aktif menggeluti bisnis dengan omzet yang terbilang tinggi. Bahkan, ada teman saya yang sudah bertahun-tahun berkuliah di jurusan ekonomi, malah belum mendapatkan pekerjaan dan masih menganggur sampai saat ini.
Kedua, ada teman saya yang bertahun-tahun kuliah di program studi perikanan, namun setelah lulus dia berjualan ikan dan melaut. Tentu, jika kita berpikir lebih jauh, untuk apa dia berkuliah bertahun-tahun jika menjadi penjual ikan atau nelayan. Bahkan, tanpa berkuliah pun, ada yang bisa berjualan ikan dan melaut, bukan?
Ketiga, seorang saudara saya yang pernah berkuliah di fakultas sains dengan titel “M.Si” atau gelar magister sains, kini malah aktif berkecimpung dalam partai politik. Bukan cilet-cilet, partai yang mengusungnya dalam ‘pertempuran politik’ pun tergolong besar dan eksis secara nasional.
Keempat, ada seorang dosen yang saya kenal dan aktif mengajar, namun beliau memilih resign dari pekerjaan karena merasa itu bukan tujuan hidupnya. Beliau lebih memilih menjadi seorang jurnalis di salah satu media. Walaupun penghasilannya tidak sebesar penghasilan dosen, namun beliau merasa ‘ lebih hidup’ akan hal itu.
Kelima, ini lebih aneh lagi jika kita memikirkannya, bahwa ada teman saya yang berkuliah di fakultas keguruan, lulus dengan nilai “cumlaude”, tapi kini malah membuka restoran seafood yang sudah terkenal produknya. Jujur, produk olahan makanannya sangat enak menurut saya. Saya berpikir, jika dia dari dulu sebaiknya berkuliah di tata boga, perikanan atau ekonomi. Namun, nasib setiap orang kedepan tidak ada yang tahu.
Melihat fenomena ini, sebenarnya kuliah itu penting atau tidak? Bagi kalian yang baru saja menginjakkan kaki ke tanah perguruan tinggi, tentu masih bimbang dan ragu-ragu. Atau pun hanya sekedar ikut-ikutan teman sejawat agar bisa ‘naik status sosial’ ketika reuni atau bangga ketika ditanyakan “kamu kuliah dimana?” dan kemudian menjawab “wah, saya kuliah di kampus itu. Akreditasinya A loh”.
Namun, ketika ditanya setelah lulus mau kemana dan kerjanya apa, malah diam seribu bahasa. Seakan-akan harapan ingin sukses seolah sirna, apalagi saat ini kita menyaksikan dengan mata kepala bahwa ada jutaan sarjana yang pengangguran.
Jika kita mengupas lebih lanjut, bahwa pemikiran ‘harus kuliah’ ini ternyata mengakar kuat di kehidupan bermasyarakat. Padahal faktanya, ada banyak orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi-tinggi, namun mereka menjadi bos besar di perusahaan atau menjadi pimpinan di salah satu daerah. Pun juga, memiliki omset yang sangat fantastis, meskipun tak pernah berkuliah di jurusan ekonomi.
Pasti timbul pertanyaan besar, apakah sia-sia jika kita berkuliah? Tentu tidak. Karena kita juga diwajibkan untuk menuntut ilmu dari lahir sampai ke liang lahat. Karena dengan ilmu yang kita dapat, kita tentu akan terbuka wawasan dan tidak gampang dibodoh-bodohi. Dengan ilmu yang kita miliki pula, kita bisa mengimplementasikan ke ranah sosial bermasyarakat. Banyak orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, butuh uluran ilmu dari kita yang sudah masuk ke dalam sistem pendidikan itu.
Oleh sebab itu, sebenarnya dilema “kuliah atau tidak” adalah keputusan setiap pribadi kita. Jika kita merasa ingin berkuliah karena ingin meningkatkan gengsi atau status sosial, maka lebih baik jangan. Jika kita berkuliah ingin mengoleksi titel, maka lebih baik jangan. Karena itu semua hanya akan membuang waktu kita. Berkuliahlah karena kita ingin mengembangkan diri, meningkatkan kualitas berpikir dan mengimplementasikan keilmuan kita untuk orang banyak.
Selain itu, jangan pernah berfokus pada satu bidang saja. Alangkah lebih baiknya jika kita menggeluti bidang-bidang lainnya. Karena itu semua adalah suatu hal yang sangat berguna nantinya di masa depan. Baik untuk menambah kemampuan maupun pengalaman. Dan juga, selama perkuliahan kita juga harus menggunakan “strategi dalam dan luar”.
Pertama, strategi dalam yang saya gunakan adalah berkuliah untuk meningkatkan kualitas diri kita dengan cara menggali ilmu di ranah kampus. Setidaknya, selama saya hidup maka saya harus punya satu ilmu khusus.
Kedua, strategi luar. Yaitu merajut tali persaudaraan atau relasi serta menggali ilmu lain di luar kampus. Karena itu sangat berguna bagi kita nantinya. Misalnya, semakin luas jaringan relasi, tentu akan lebih baik untuk membawa kita ke masa depan yang lebih baik. Karena melalui relasi yang luas, maka kita akan semakin banyak mendapatkan peluang yang menguntungkan bagi kita. Misalnya, pekerjaan.
Namun, dalam perjuangan kita ini, jangan pernah kita merasa putus asa dan berhenti. Teruslah menggali hal-hal positif dan berbenah diri. Ingatlah satu hal, bahwa jika berkuliah hanya untuk mengutamakan gengsi dan diakui status sosialnya, maka bagi saya kuliah itu tidak penting. Teruslah bergerak dan jangan lupa berdoa.
Media Sosial Penulis:
Instagram: @sulthan_alfaraby
Whatsapp: 081315315556