Lhokseumawe| Warga Desa Blang Poroh,Lorong Lhok Bakong, Kecamatan Muara Dua, mengaku mengalami kerugian akibat longsoran lahan proyek perumahan yang melanda kebun dan merusak perabotan mereka pada (17/Maret/2022) lalu.
Usman (65) salah satu petani yang paling berdampak mengaku, kerugian yang dialami dirinya ditaksir hingga 6.000.000 juta rupiah seiring dengan keuntungan yang dapat diperolehnya minimal 200.000 rupiah perhari.
“kalo dihitung untuk Pendapatan kadang 200.000 sehari,kerugian yang saya alami bisa sampai lebih dari 6.000.000 secara total mulai dari bajak,pupuk,sampai panen”,tuturnya saat ditemui pewarta,(7/4/2022).
Taksiran tersebut belum termasuk kerugian yang dialami Eli, pasalnya ia harus memperbaiki perabotannya dan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
“Perabotan saya seperti,lemari dan bofet sudah saya bawa ke tempat perbaikan kerugian saya mencapai 4.000.000 Rupiah”,ucap eli.
Ditengah pembicaraan hal Menyedihkan diungkapkan ramlah(50) istri usman,ia mengatakan kebun timun tersebut merupakan satu satunya mata pencaharian dan sumber penghidupan keluarganya.
“itu satu satunya mata pencaharian kami,saya tidak bohong,kami menghidupi delapan orang anak dirumah,namun karena kejadian ini kami terancam kelaparan,tidak tau mau kasi makan apa anak anak kami, terlebih bulan ini bulan Ramadan,sedih rasanya saat orang rumah tanyak kapan kita ke kedai beli takjil mak,jujur itu membuat hati saya teriris”,ucap Ramlah dengan mata berkaca-kaca.
Lanjutnya,”bapak bayangkan sekarang untuk beras sebambu saja sangat sulit bagi kami, apalagi pergi ke kedai untuk beli takjil yang selama Ramadhan ini belum ada kami rasa,sakitnya lagi pernah kami sekeluarga hanya buka puasa dengan sirup,Itu belum lagi kerusakan motor yang tak kunjung dapat kami perbaiki karena tidak ada biaya,coba dibayangkan pak”, tuturnya.
Ditanya soal respon pemerintah maupun aparatur desa Usman mengaku,aparatur desa terkesan tidak perduli dengan aduannya bahkan menyuruh agar menyampaikan sendiri ke pihak pemilik proyek perumahan tersebut.
“saya lapor ke tuha peut katanya anggap saja itu kek tsunami (musibah),saya lapor ke geuchik malah saya yang disuru temui yang punya proyek,ya tidak mungkin,kesannya seperti saya mengemis kalo itu saya lakukan,apalagi saya tak begitu lihai dalam berbicara,pihak proyek kan tidak buta dan bisa turun kelapangan untuk melihat dampak dari apa yang mereka bangun”,paparnya.
Usman berharap kepada aparat desa dan kepolisian untuk mengusut izin proyek tersebut dan mencari jalan keluar terhadap apa yang dialami oleh warga lorong lhok bakong,desa Blang poroh agar hal serupa tidak terulang kembali.
Sementara itu geuchik Blang Poroh Abdullah saat dimintai tanggapan lewat via WhatsApp hingga saat ini belum ada tanggapan apapun, begitu pula pemilik proyek atau developer hanya membaca pesan yang dikirim pewarta, terlihat dari tanda centang biru.